Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbud Ristek RI) segera menggelar kegiatan bertajuk Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia.
Kegiatan tersebut merupakan upaya untuk mengaktivasi dan menguatkan ekosistem budaya Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sejak 2019 lalu.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Sumatera Barat, Undri. Menurutnya, sejak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia, aktivasi di situs tersebut belum maksimal.
“Setelah empat tahun, aktivasinya belum maksimal. Kita semua belum memaksimalkan potensi warisan budaya tersebut,” katanya dalam jumpa pers pada Rabu, 18 Oktober, di Fabriek Blok, Padang.
Undri yang hadir bersama Yayuk Sri Budi Rahayu, Pamong Budaya Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemdikbud Ristek RI, menjelaskan lebih jauh bahwa aktivasi juga mesti dipahami sebagai rasa kepemilikan bersama atas WTBOS.
“Bukan hanya Sawahlunto saja yang memiliki WTBOS, namun juga Kab/Kota lainnya yang berkaitan dengan situs tersebut,” katanya.
Undri mengatakan dalam dokumen UNESCO, WTBOS tercantum sebagai warisan budaya milik tujuh Kab/Kota, yaitu Kota Sawahlunto, Kota Solok, Kota Padang, Kota Padang Panjang, serta Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Padang Pariaman.
Ia lalu menggarisbawahi bahwa kepemilikan bersama itu tidak sebatas bersifat administratif, melainkan adanya satu rasa kepemilikan bersama anak nagari di tujuh Kab/Kota tersebut atas WTBOS.
Di masa lalu, tujuh Kab/Kota tersebut memang terhubung oleh jalur-jalur kereta api yang pembangunannya turut dipicu oleh pembukaan tambang batu bara di Ombilin. Jalur tersebut kemudian dikenal sebagai Jalur WTBOS.
Rangkaian Galangang Arang
Di jalur-jalur kereta itulah Galanggang Arang bakal digelar. Dimulai dengan kick off pada Kamis, 19 Oktober 2023 di Fabriek Blok Padang, rangkaian kegiatannya akan berlangsung di sepanjang jalur-jalur kereta api itu hingga pertengahan Desember mendatang.
Tiap kegiatan, di tiap Kab/Kota tidak hanya akan melibatkan pemerintah, namun, lebih dari itu, melibatkan anak nagari, komunitas, hingga UMKM. Dengan demikian, rangkaian kegiatan tersebut tidak sebatas seromoni namun betul-betul upaya menghidupkan ekosistem budaya.
Kurator Galangangg Arang, Donny Eros mengatakan, ada beberapa kegiatan budaya yang akan dilangsungkan di stasiun-stasiun yang pernah menghubungkan ke-tujuh Kab/Kota tersebut.
“Galanggang Arang #1 akan berlangsung di Padang Panjang; Galanggang Arang #2 di Kab Padang Pariaman; Galanggang Arang #3 di Kab Sijunjung,” jelasnya.
Untuk tahun ini, tambahnya, Kab. Sijunjung memang dilibatkan karena ada satu situs budaya yaitu Stasiun Durian yang sejatinya termasuk dalam Jalur WTBOS. Dulu situs tersebut berada dalam wilayah administratif Kab. Sawahlunto Sijunjung, namun kini terpisah setelah pemekaran wilayah.
Akademisi FIB UNAND itu menjelaskan lebih jauh rangkaian kegiatan Galanggang Arang. Setelah Sijunjung, akan digelar Galanggang Arang #4 di dua titik di Kab Tanah Datar; kemudian Galanggang Arang #5 di Kab. Solok; setelahnya Galanggang Arang #6 di Tanah Datar; Galanggang Arang #7 di Sawahlunto; lalu Galanggang Arang #8 di Kota Solok.
Masing-masing Galanggang Arang berisi beragam kegiatan. Mulai dari workshop, diskusi, bazar, pertunjukan budaya, hingga aneka perlombaan dengan tema terkait Jalur WTBOS. Rangkaian kegiatan ini akan ditutup di Stasiun Kota Solok pada Desember mendatang.
“Di samping itu,” tambah Eros,”Galanggang Arang juga membuat kegiatan bersama anak dan penyandang disabilitas”. Kegiatan bertajuk “Galanggang Arang di Festival Anak” itu sendiri akan digelar di halaman Gubernuran Sumbar.
“Kegiatan ini punya arti penting karena berhubungan langsung dengan pewarisan ingatan akan WTBOS” tutupnya. (*)