Pitabunga (Pitalah Bungo Tanjung)

Kec. Batipuah, Kab. Tanah Datar

17-18 November 2021

Stasiun adalah tempat pertemuan dan perpisahan. Tempat pertukaran, dan sekaligus tempat memupuk  harapan dan penantian. Selalu ada yang datang dan pergi. Kenangan terhadap sebuah stasiun,  adalah kenangan yang sulit diputuskan, seperti jalur kereta api yang hanya ada ujung dan pangkal. Namun ketika kereta api yang melewatinya berhenti beroperasi, banyak stasiun yang merana karena dibiarkan melapuk atau beralih fungsi.

Demikianlah gambaran yang ditemukan di sejumlah stasiun kereta api di jalur Sawahlunto sampai ke Padang, yang melintasi tujuh kabupaten kota di Sumatera Barat. Selain kota Sawahlunto, jalur kereta api yang mulai dibangun akhir abad ke-19, juga melewati Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang. Kereta api ini dibangun orang Belanda, untuk membawa batubara dari kawasan penambangannya di Sawahlunto ke pelabuhan Teluk Bayur, kemudian dikirim keberbagai kawasan di Asia dan Eropah.

Karena warisan tambang batubara ini merupakan peninggalan penting, yang di dalamnya menyimpan ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban, dan sebagai pendorong kemajuan kebudayaan di Sumatera Barat, maka bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) menetapkannya sebagai Warisan Dunia, 6 Juli 2019.

Stasiun kecil di Pasar Syarikat Pitalah, Kec. Batipuah, Kab. Tanah Datar yang dimiliki Pitalah dan Bungo Tanjung (PITABUNGA), telah lama tak berfungsi. Bantalan relnya pun telah terkubur, namun sejumlah kenangan mungkin masih terpelihara. Barangkali juga ada harapan dan penantian. Harapan kereta api kembali beroperasi dan berhenti, dan penumpang turun untuk mencicipi katupek pitalah asli, ataupun membeli makanan kecil yang begitu banyak ragamnya. Selain itu, mungkin juga terselip harapan menjemput dan merawat berbagai properti serta kenangan untuk masa depan yang lebih baik dan sejahtera.

Dalam konteks itulah, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PP) Direktorat Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, mengadakan rangkaian aktivasi untuk penguatan ekosistem dengan mengusung tema Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia.

Open chat
1
Scan the code
Helpdesk
Halo 👋
Ada yang bisa kami bantu?