Judul                : Membaranya Batubara Konflik Kelas dan Etnik Ombilin-Sawahlunto, Sumatera Barat (1892-1996)

Penulis              : Erwiza Erman

Penerbit           : Desantara

Tahun Terbit      : 2005

Tebal                : xxiv + 516 hlm

Buku berjudul Membaranya Batubara Konflik Kelas dan Etnik Ombilin-Sawahlunto, Sumatera Barat (1892-1996) ini merupakan kajian lengkap mengenai tambang batubara Ombilin. Berangkat dari serangkaian penelitian lapangan dan kajian kepustakaan, Erwiza menyajikan berbagai sisi dari keberadaan tambang batubara yang berlokasi di Sawahlunto. Secara khusus, peristiwa-peristiwa mengenai konflik yang terjadi di lingkungan tambang menjadikan kajian yang dilakukan Erwiza menjadi lebih kontekstual. Berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan produksi tambang batubara memiliki kepentingan dan masalah yang harus dihadapi. 

Pada tahap awal ditemukannya potensi batubara yang dilaporkan oleh De Greeve pada 1871, Perusahaan-perusahaan swasta telah mengajukan proposal untuk berinvestasi dan menjadi bagian dari tambang yang akan dibangun. Sementara pemerintah Belanda menunda memberikan respon, karena potensi keuntungan dari eksploitasi dirasa cukup besar. Kompetisi ini jelas menimbulkan persaingan dan berbagai upaya untuk mendapatkan konsesi pengelolaan. Persaingan serupa terus berlanjut, bahkan hingga akhir dari eksploitasi tambang batubara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Bukan hanya perusahaan negara, namun juga penambang-penambang illegal dan “pemain-pemain” lainnya berusaha untuk ikut serta dalam penggalian dan mencari keuntungan.

Bagian-bagian menarik dari buku ini adalah bahasan mengenai orang-orang yang terlibat dalam penambangan, pekerja tambang, kondisi sosial dan perubahan sosial yang terjadi, gerakan buruh, dan bahkan kekerasan yang terjadi di penambangan. Dinamika sosial yang disajikan dalam buku ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam melihat bagaimana Sawahlunto tumbuh menjadi sebuah kota yang khas, dengan keberagaman interaksi yang terjadi. Kebudayaan yang muncul di Kota Arang ini juga terbentuk dari berbagai aspek, yang menjadikannya sebagai sebuah kota dengan karakter yang berbeda dari daerah lain, khususnya di Sumatera Barat. 

Sawahlunto dengan tinggalan industri tambang batubara kini menjadi perhatian dunia. Penetapan situs tambang batubara sebagai warisan dunia seakan mengukuhkan sejarah panjang ini. Buku ini terdiri dari sembilan bab, dimulai dari Ombilin-Sawahlunto: Tambang Batubara dan Kota Tambang, Pembentukan Koloni Kriminal: Kontrol dan Kekerasan (1892-1920), Kontrol Negara yang Berubah: Resistensi dan Akomodasi (1920-1942), Perang dan Revolusi (1942-1949), Diekspos ke Politik (1950-1960), Memasuki Persaingan Politik Baru (1960-1965), Negara yang Kuat, Monopoli dan Kendali: Ombilin di Bawah Rezim Orde Baru (1965-1996), dan Kekerasan, Kelas dan Etnisitas dalam Sejarah Ombilin. 

(Sudarmoko)      

Open chat
1
Scan the code
Helpdesk
Halo 👋
Ada yang bisa kami bantu?